Selasa, 17 Mei 2011

Peran motivasi bagi pelajar dalam mencapai prestasi

Pendahuluan
Menjadi hal yang sangat penting bagi seseorang, apalagi mahasiswa agar dapat meraih sesuatu di usianya,di masa muda yang bergejolak dan mempunyai semangat menggebu-gebu untuk meraih tujuan yang diiinginkannya. Regulasi diri merupakan proses untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Proses-proses tersebut tentulah tidak lepas dari peran motivasi. Seseorang yang memiliki keinginan, pasti dilatarbelakangi oleh motivasi dibaliknya, sehingga secara langsung maupun tidak langsung, motivasi tersebut yang akan mendorong seseorang itu untuk terus berusaha.
Ada mahasiswa yang mampu dapat mencapai regulasi dirinya, mencapai apa yang diinginkannya, dapat meraih prestasi, namun ada juga yang tidak mencapai apa yang diinginkannya walaupun keinginan untuk meraih tersebut sangat besar. Apa yang membuat perbedaan tersebut? Padahal bisa dibilang tidak terlalu banyak perbedaan dalam segi kognitif pada tiap individu.
Bagaimana motivasi mempengaruhi seseorang tersebut dalam meraih prestasi? Dalam proses atau usaha seseorang meraih prestasi, terdapat motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Kita harus melihat motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik dapat dipengaruhi oleh pengalaman, proses kognitif dan faktor-faktor lainnya.

Landasan teori
1.       Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar (eksternal) diri seseorang. Jadi, seseorang itu melakukan sesuatu karena ingin mendapatkan sesuatu yang lain. Motivasi ekstrinsik ini juga biasanya dipengaruhi oleh imbalan atau penguatan dan hukuman. Contohnya, seseorang berlatih keras bermain biola, agar dia dipuji orang tua dan orang lain.
Sedangkan motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari internal atau diri orang itu. Jadi, seseorang itu melakukan sesuatu karena sesuatu itu sendiri yang mungkin didasarkan pada keingintahuan orang itu, kesenangannya dan lain-lain. Contohnya, seseorang berlatih keras bermain biola karena dia senang bermain biola tersebut.
2.       Teori Motivasi berprestasi McClelland
McClelland mengatakan motivasi berprestasi itu adalah motivasi seseorang untuk mencapai keberhasilan dengan melebih standar-standar umum.
Menurut McClelland ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berprestasi:
·         Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan
·         Latar belakang budaya tempat orang tersebut dibesarkan
·         Peniruan tingkah laku
·         Lingkungan tempat proses belajar berlangsung
·         Harapan orang tua terhadap anaknya

Alat dan bahan
·         Alat tulis
·         Komputer
·         Handphone
·         Kertas

Kalkulasi Biaya
·         Pulsa                           Rp10.000
·         Kertas                         Rp  3.000
·         Angkot                       Rp  6.000
                                                          +
Total                            Rp19.000

Penjelasan objek atau subjek
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini, mahasiswa yang mampu meraih prestasi pada saat dia sekolah. Subjek terdiri dari perempuan dan laki-laki. Selain itu subjek juga menunjukkan cara belajar di kelas pada saat perkuliahan dengan baik dan juga aktif. Kami menggunakan subjek sebanyak 13 orang.

Time Table Perencanaan 
Metode Penelitian
Mencari subjek yang berprestasi, kemudian melakukan wawancara terhadap subjek dan terakhir menganalisis data serta menarik kesimpulan dari hasil analisis data.

Time Table Pelaksanaan 


Evaluasi
Dari time table perencanaan yang telah kami buat, memang pada pelaksaannya sedikit tidak tepat waktu. Mulai dari membuat pendahuluan hingga akhirnya menganalisis data yang ada. Namun selanjutnya berjalan sesuai perencanaan. Keterlambatan ini dikarenakan banyak hal yang harus kami pertimbangkan bersama. Banyak pula hambatan-hambatan yang kami temui saat pelaksaan proyek ini sehingga akhirnya tidak sesuai dengan time time table perencanaannya. Pada awalnya kami sempat memperdebatkan jumlah sample yang akan digunakan untuk menggunakan 20 sampel, namun karena satu dan lain hal, sample yang kami gunakan hanya berjumlah 13. Sehingga perdebatan ini membuat kami sedikit menyimpang dari perencanaan. Namun pada akhirnya tugas mini proyek ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu seperti yang telah ditentukan. Bagi kami, bahwa kerja keras yang dilakukan kelompok sangat berperan penting dalam penyelesaian tugas ini.

Kesimpulan
Seseorang itu pasti memiliki keinginan untuk berprestasi. Dan motivasi untuk mencapai prestasi itu, pada tiap-tiap orang pasti juga berbeda. Selain itu, uusaha yang dilkukan juga menentukan perbedaan pada tiap individu tersebut dalam meraih prestasinya.
Pada sebagian mahasiswa, motivasi ekstrinsik saja yang lebih berperan dalam dirinya untuk mencapai prestasi dan ada sebagian kecil mahasiswa, motivasi intrinsik yang lebih berperan bagi dirinya dalam berusaha mencapai prestasi. Namun, sebagian besar mahasiswa itu, dipengaruhi oleh motivasi intrinsik dan ekstrinsik, baik motivasi intrinsik mempengaruhi timbulnya motivasi ekstrinsik maupun motivasi ekstrinsik yang mempengaruhi timbulnya motivasi intrinsik.


Testimoni

Nadya Putri Delwis (10-024)
Awalnya, membingungkan. Nggak tau mau ngerjain apa, mulai dari mana, karena ini baru pertama kalinya ngerjain tugas yang benar-benar meneliti, langsung ada subjeknya. Tapi, baru dapat “pencerahan” itu malah udah akhir-akhir deadline tugas, jadinya, kita baru gerak baru bulan april deh. Banyak hambatan juga yang ditemukan, tapi selalu berusaha untuk lakukan yang terbaik yang kita bisa aja. Pengalaman pertama ini juga banyak memberikan gambaran dan pelajaran untuk pedoman saya ke depannya. Selain itu, merasa terpacu juga untuk menjadi kreatif dan selalu berusaha mengatasi tantangan-tantangan yang ada dengan cara yang kreatif juga.

Melva Safira (10-036)
Menurut saya, tugas mini proyek ini pada awalnya membingungkan. Bingung mau pilih topik apa dan bagaimana cara mengerjaannya. Karena ini merupakan pengalaman perdana saya ditugaskan membuat tugas seperti ini. Cukup banyak halangan yang saya temui, karena dari mengumpulkan sample saja, kelompok kami membutuhkan orang-orang yang bener-bener berprestasi. Ini hal yang cukup sulit, karena kenalan saya yang berprestasi banyak yang kuliah di luarkota. Sehingga akhirnya sedikit menyusahkan. Membuat poster juga cukup sulit dimana kelompok saya tidak terlaku pandai dengan hal yang berhubungan dengan itu. Sehingga kami harus belajar lagi cara membuatnya. Pada keseluruhan, pengerjaan tugas mini proyek ini memang sulit namun cukup menantang. Dan banyak pula ilmu baru yang saya dapatkan.

Sonya Lirizky Akbar (10-048)
Pendapat saya mengenai tugas mini proyek ini merupakan satu pengalaman baru bagi saya ,dengan cara meneliti secara langsung para mahasiswa dan menemuinya di fakultas mereka masing masing.Hambatannya itu perbedaan waktu antara fakultas satu dengan yang lainnya .namun dengan perbedan itu Alhamdulillah tugas ini akhirnya selesai juga. Manfaat yang saya dapatkan dari tugas proyek ini adalah kita apat berinteraksi dengan orang yang sebelumnya kita nggak kenal ,dan juga pengetahua bagaimana cara mengerjakan tugas proyek ini .

Aprilia Windysyafitri (10-088)
Menurut saya, tugas mini proyek ini merupakan yang pertama kalinya buat saya. apalagi harus mengumpulkan beberapa sampel untuk dapat diteliti. awalnya sempat tidak mengerti dengan tugas ini, namun lama-kelamaan jadi mulai memahami. ada beberapa hambatan dalam pelaksanaan tugas ini. seperti, pengumpulan sample yang membutuhkan mahasiswa yang benar benar berprestasi dalam beberapa hal, terutama berprestasi dalam bidang pendidikannya. tugas ini juga jadi membuat saya yang awalnya tidak tahu, jadi tahu beberapa hal yang membuat teman-teman saya sukses dalam mencapai prestasinya, berbagai factor yang dapat membuat mereka berprestasi. Dalam pembuatan poster juga cukup sulit, karena belum pernah satu pun dari kami sebelumnya membuat poster. Namun, dengan berbagai hambatan yang d hadapi dalam pelaksanaannya, akhirnya tugas ini dapat terselesaikan sesuai dengan  waktu yang ditentukan.

Sumber:
Santrock, John W.2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana
King, Laura A.2010.Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif.Jakarta:Salemba Humanika

Kamis, 12 Mei 2011

Andragogi

Secara etimologis, andragogi berasal dari bahasa Latin “andros” yang berarti orang dewasa dan “agogos“ yang berarti memimpin atau melayani.

Knowles (Sudjana, 2005: 62) mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik (orang dewasa) untuk belajar (the science and arts of helping adults learn). Berbeda dengan pedagogi karena istilah ini dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak (pedagogy is the science and arts of teaching children).

Orang dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dilihat dari segi sosial dan psikologis. Secara biologis, seseorang disebut dewasa apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial, seseorang disebut dewasa apabila ia telah melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa apabila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.

Darkenwald dan Meriam (Sudjana, 2005: 62) memandang bahwa seseorang dikatakan dewasa apabila ia telah melewati masa pendidikan dasar dan telah memasuki usia kerja, yaitu sejak umur 16 tahun. Dengan demikian orang dewasa diartikan sebagai orang yang telah memiliki kematangan fungsi-fungsi biologis, sosial dan psikologis dalam segi-segi pertimbangan, tanggung jawab, dan peran dalam kehidupan. Namun kedewasaan seseorang akan bergantung pula pada konteks sosio-kulturalnya. Kedewasaan itupun merupakan suatu gejala yang selalu mengalami perubahan dan perkembangan untuk menjadi dewasa. Istilah “andogogi” berasal dari “andr” dan “agogos” berarti memimpin, mengamong, atau membimbing.

Dugan Laird (Hendayat S., 2005: 135) mengatakan bahwa andragogi mempelajari bagaimana orang dewasa belajar. Laird yakin bahwa orang dewasa belajar dengan cara yang secara signifikan berbeda dengan cara-cara anak dalam memperoleh tingkah laku baru.

Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik yang terdiri atas orang dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik pembelajaran melibatkan peserta didik. Keterlibatan diri (ego peserta didik) adalah kunci keberhasilan dalam pembelajaran orang dewasa. untuk itu pendidik hendaknya mampu membantu peserta didik untuk: (a) mendefinisikan kebutuhan belajarnya, (b) merumuskan tujuan belajar, (c) ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar, dan (d) berpartisipasi dalam mengevaluasi proses dan hasil kegiatan belajar. Dengan demikian setiap pendidik harus melibatkan peserta didik seoptimal mungkin dalam kegiatan pembelajaran.

Prosedur yang perlu ditempuh oleh pendidik sebagaimana dikemukakan Knowles (1986) adalah sebagai berikut: (a) menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar melalui kerjasama dalam merencanakan program pembelajaran, (b) menemukan kebutuhan belajar, (c) merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan belajar, (d) merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta didik, (e) melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat dan (f) menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar untuk kegiatan pembelejaran selanjutnya. Inti teori andragogi adalah teknologi keterlibatan diri (ego) peserta didik. Artinya kunci keberhasilan daam proses pembelajaran peserta didik terletak pada keterlibatan diri mereka dalam proses pembelajaran (Sudjana, 2005: 63).


Penerapan andragogi dalam Metode Pembelajaran

Penggunaan metode pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa berimplikasi pada penggunaan teknik pembelajaran yang dipandang cocok digunakan di dalam menumbuhkan perilaku warga belajar. Knowles mengklasifikasi teknik pembelajaran dalam mencapai tujuan belajar berdasarkan tipe kegiatan belajar, yakni; sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Kegiatan belajar pada pendidikan orang dewasa masih merupakan kegiatan belajar yang paling efisien dan paling dapat diterima serta merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam membantu orang dewasa belajar. Oleh karena, kegiatan belajar merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam membantu orang dewasa, maka penggunaan metode belajar diperlukan berdasarkan prinsip-prinsip belajar orang dewasa. Metode belajar orang dewasa adalah cara mengorganisir peserta agar mereka melakukan kegiatan belajar, baik dalam bentuk kegiatan teori maupun praktek. ( Anonim: 2006)

Metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar, harus (1) berpusat pada masalah, (2) menuntut dan mendorong peserta untuk aktif, (3) mendorong peserta untuk mengemukakan pengalaman sehari-harinya, (4) menumbuhkan kerja sama, baik antara sesama peserta, dan antara peserta dengan tutor, dan (5) lebih bersifat pemberian pengalaman, bukan merupakan transformasi atau penyerapan materi.


Sumber :
http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/23/teori-belajar-andragogi-dan-penerapannya/ 

Pedagogi

Ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran.

Kata "pedagogi" berasal dari Bahasa Yunani kuno παιδαγωγέω (paidagōgeō; dari παίς país:anak dan άγω ági: membimbing; secara literal berarti "membimbing anak”). Di Yunani kuno, kata παιδαγωγός biasanya diterapkan pada budak yang mengawasi pendidikan anak tuannya. Termasuk di dalamnya mengantarnya ke sekolah (διδασκαλείον) atau tempat latihan (γυμνάσιον), mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya (seperti alat musiknya).
Kata yang berhubungan dengan pedagogi, yaitu pendidikan, sekarang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut.
Malcolm Knowles mengungkapkan istilah lain yang mirip dengan pedagogi yaitu andragogi, yang merujuk pada ilmu dan seni mendidik orang dewasa.

Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru.

Tujuan Instruksional:
Mahasiswa diharapkan memahami pengertian pendidikan, peserta didik,
alat pendidikan dan tujuan pendidikan. Mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan peran teknologi pendidikan dalam proses belajar serta
membuat rancangan rencana belajar berdasarkan panduan buku “ Sukses
di Perguruan Tinggi”.
Materi:
1. Pendahuluan, ruang lingkup
2. Pengertian pendidikan
3. Dasar dan tujuan pendidikan
4. Alat-alat pendidikan
5. Teknologi Pendidikan: pengertian dan ruang lingkup
6. Pengembangan dan pemanfaatn sumber belajar
7. Landasan psikologis dalam pendidikan
8. Pendidikan seumur hidup
9. Penerapan teori ingatan dalam proses mengajar
10. Penerapan teori motivasi dalam pengajaran


Sumber :

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2130274-paedagogi/