Selasa, 26 April 2011

Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah

Psikologi pendidikan
merupakan gabungan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori yang ada dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Tujuan mempelajari psikologi pendidikan adalah untuk mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.

Arthur S. Reber (Syah, 1997 / hal. 12)
Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
b. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
c. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
d. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
e. Penyenggaraan pendidikan keguruan

Barlow (Syah, 1997 / hal. 12)
Psikologi pendidikan adalah ... a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resource to aid you in functioning more effectively in teaching learning process.
Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.

Tardif (Syah, 1997 / hal. 13)
Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.

Witherington (Buchori dalam Syah, 1997 / hal. 13)
Psikologi pendidikan sebagai “ A systematic study of process and factors involved in the education of human being.
Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.


Psikologi sekolah
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.

Perbedaan Psikolog pendidikan dan Psikolog Sekolah

Psikolog pendidikan mengambil masalah-masalah yang dialami oleh orang muda dalam pendidikan yang mencakup masalah kesulitan belajar atau masalah emosi dan sosial. Mereka mengambil tugas untuk membantu proses belajar anak dan memampukan guru menjadi lebih sadar akan faktor-faktor social yang berkaitan dengan pengajaran dan belajar. Psikolog pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan orang tua. Mereka dapat bekerja secara langsung dengan anak (misal memeriksa perkembangan, memberikan konseling) dan secara tidak langsung (dengan orang tua, guru dan profesional lainnya).

Psikolog sekolah
psikologi sekolah berhubungan dengan dengan anak didik di sebuah instansi sekolah. Psikolog sekolah bisa memberikan penilaian intelegensia guru, inovasi guru dalam mengajar, dan lain sebagainya


Daftar Pustaka
http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/05/pengertian-psi

Senin, 18 April 2011

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Istilah “ketidakmampuan” (disability) dan “cacat” (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu dibedakan. Disability ialah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap ialah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan.
Beberapa macam pengelompokan ketidakmampuan dan gangguan (disorder) sebagai berikut :

• Gangguan Indra (sensory)
Mencakup kepada gangguan penglihatan dan pendengaran.
Gangguan penglihatan, beberapa murid mengalami problem penglihatan (visual) yang masih belum diperbaiki. Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas(seperti sentuhan atau pendengaran). Anak yang lemah penglihatannya akan lebih baik jika disuruh duduk di bangku paling depan di kelas.
Gangguan pendengaran, gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Banyak anak yang memiliki masalah pendengaran mendapatkan pengajaran tambahan di luar kelas reguler. Ada dua kategori pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran. Pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan oral menggunakan metode membaca gerak bibir, sedangkan pendekatan manual dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling).

• Gangguan fisik
Gangguan fisik pada anak antara lain ;
Gangguan Ortopedik, biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang atau sendi.
Cerebral Palsy, gangguan berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking) atau bicaranya tidak jelas.
Gangguan Kejang-kejang, jenis yang paling sering dijumpai ialah epilepsi, gangguan saraf yang biasanya lebih ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.

• Retardasi Mental
Kondisi sebelum 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental disebabkan oleh faktor genetik dan kerusakan otak.

• Gangguan Bicara dan Bahasa
1. Gangguan Artikulasi, problem dalam melafalkan suara secara benar
2. Gangguan Suara, gangguan dalam menghasilkan ucapan, yakni ucapan yang keras, kencang, terlalu keras, terlalu tinggi, atau terlalu rendah nadanya.
3. Gangguan Kefasihan, gangguan yang biasanya disebut “gagap”
4. Gangguan Bahasa, kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak.

• Ketidakmampuan Belajar (learning disability)
Ketidakmampuan dimana anak :1. punya intelegensi normal atau di atas rata-rata. 2. kesulitan setidaknya dalam satu atau lebih mata pelajaran. 3. tidak punya problem atau gangguan lain seperti retardasi mental, yang menyebabkan kesulitan.

• Attention Deficit Hyper Activity Disorder
Ialah bentuk ketidakmampuan anak yang ciri-cirinya antara lain :
Kurang perhatian, anak yang kurang perhatian sulit berkonsentrasi pada satu hal dan mungkin cepat bosan mengerjakan tugas.
Hiperaktif, menunjukkan level aktivitas fisik yang tinggi, hampir selalu bergerak.
Impulsif, sulit mengendalikan reaksinya dan gampang bertindak tanpa pikir panjang.

• Gangguan Perilaku dan Emosional
Problem serius dan terus menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosio-emosional.

 Daftar Pustaka
J.W.Santrock. Psikologi Pendidikan, edisi kedua.

Kamis, 07 April 2011

Fenomena pendidikan dan pembahasannya

Nadya Putri Delwis 10-024
Melva Safira 10-036
Sonya Lirizky Akbar 10-048


Pembahasan tentang jurnal INTERAKSI SOSIAL ANTARA GURU DENGAN MURID DALAM KEGIATAN KURIKULER DAN KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

Dalam jurnal ini, dapat kta baca, bahwa kegiatan kurikuler merupakan kegiatan ekstra di luar jam pelajaran di sekolah dengan tujuan lebih memahami dan menghayati pelajaran intrasekolah. Walaupun kegiatan kurikuler ini berlangsung di luar jam pelajaran di sekolah, namun, biasanya kegiatan-kegiatan tersebut tidak lepas dari pengawasan para gurunya. Guru-guru itu ditunjuk sebagai pembimbing bagi tiap-tiap kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Karena itulah, interaksi murid dan guru dapat menjadi lebih baik bila murid mengikuti kegiatan ektrakurikuler ini. Ekstrakurikuler merupakan pendidikan formal yang berlangsung secara non-formal, maka kegiatan kurikuler ini membuat para murid untuk lebih “santai” dan berani dalam mengekspresikan pendapatnya pada guru, sehingga dengan ini dapat meningkatkan interaksi yang lebih baik antara murid dan gurunya.

Teori psikologi pendidikan
Dikatakan dalam buku Santrock, salah satu ciri-ciri guru yang efektif adalah keahlian dalam berkomunikasi. Seorang guru perlu memiliki keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, dan memahami komunikasi nonverbal dari murid. Hal ini sangat penting karena komunikasi yang baik antara guru dengan murid dapat meningkatkan secara tidak langsung prestasi murid dalam belajar.
Maka, salah satu cara untuk meningkatkan komunikasi yang baik antara murid dan guru, adalah dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan yang diadakan di luar jam pelajaran sekolah ini, yang berarti hal ini menjadi pendidikan non formal, sehingga para murid juga dapat lebih senang dan santai berinteraksi dengan gurunya. Interaksi yang terjalin dengan baik ini akan membuat murid untuk lebih menyenangi pelajaran yang diajarkan di dalam kelas, atau pendidikan formal yang diajarkan oleh guru. Tentu saja, ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Selain itu kegiatan kurikuler juga dapat membantu para murid untuk mengembangkan potensi yang dia miliki, yang tidak dapat disalurkan pada saat jam sekolah. Untuk kelanjutan masa depan dari siswa, bukan hanya ilmu pengetahuan saja yang diperlukan, namun juga hal-hal lain seperti kerjasama, tanggung jawab, memahami perasaan dan menerima pendapat orang lain dengan ikhlas serta banyak lagi hal-hal positif lainnya yang berguna bagi murid untuk masa depannya nanti.

Teori pendidikan keluarga
Keluarga merupakan aspek yang paling berpengaruh terhadap prestasi siswa. Keluarga bertugas untuk mendidik di luar sekolah atau pendidikan formal. Kegiatan kurikuler, seperti yang sama kita tahu, dilakukan di luar jam sekolah, maka peran keluarga disini untuk mengarahkan kegiatan mana yang baik untuk mengembangkan kemampuan yang dipunya oleh si anak, kemudian mengawasinya, serta memberikan dukungan yang sepenuhnya apabila kegiatan tersebut memamng dapat membantu meningkatkan kemampuan si anak. Disinilah terdapat peran keluarga untuk membantu peningkatan prestasi belajar anak.

Teori bimbingan sekolah
Sekolah tentu saja memiliki kewajiban untuk membimbing para muridnya, baik dengan cara yang formal maupun secara non formal. Kegiatan kurikuler merupakan suatu bentuk dari bimbingan sekolah juga kepada murid-muridnya secara non formal. walaupun kegiatan kurikuler diadakan di luar jam sekolah, namun pengawasan dan bimbingan dari sekolah masih tetap ada. Sekolah berkewajiban untuk mengawasi kegiatan kurikuler demi ketetapan tujuan awal, yaitu untuk membimbing, mengembangkan serta melatih kemampuan yang dimiliki oleh para murid.

Fenomena UN di Indonesia
Dari yang telah didiskusikan,  sistem UN di Indonesia ini memang sudah bobrok, tidak sejalan lagi dengan tujuan utamanya. malah makin kesini, manfaat UN itu sudah hampir tidak di rasakan oleh siswa nya itu sendiri. Banyak yang menggangap enteng UN dikarenakan sudah mendapatkan jawaban. Ini membuat siswa itu sendiri menjadi malas untuk belajar.  Saat mengahadapi masalah seperti ini, sebenarnya banyak pihak yang seharusnya saling bekerja sama untuk mengatasi permasalahan ini. Seperti pada teori pendidikan, mungkin dari guru nya juga harus memberikan pengertian yang baik tentang apa sebenarnya UN itu dan apa manfaat manfaat yang nyata untuk diri siswa  jika dilakukan. Lalu pada kementerian yang mengurus tentang pendidikan di Indonesia, saya rasa harus adanya evaluasi yang lebih lanjut tentang pelaksaan UN ini. Jangan sekedar menaikkan standar kelulusan tapi tidak memperhatikan apakah setiap siswa memperoleh  materi pembelajaran dengan baik atau tidak. Karena tidak bisa begitu saja disamakan dengan sekolah yang mungkin siswa nya mendaptkan materi dengan cepat dan baik dibandingkan dengan sekolah yg seperti di perdesaan yang dimana mungkin mereka cukup kesusahan untuk menyamakan standar pembelajaran dengan sekolah di perkotaan. Ini sangat perlu untuk di evaluasi lebih lanjut. Mungkin dengan cara menurunkan standar nilai kelulusan dapat membuat siswa itu tersendiri menjauhi cara curang. seperti membeli kunci jawaban. Karena alasan satu-satunya mereka membeli kunci jawaban itu kan karena mereka takut dengan satndar nilai kelulusan yang tinggi. Yang membuat mereka takut untuk tidak lulus. Jadi kami pikir, masih perlu evaluasi yang lebih baik lagi terhadap penerapan UN di Indonesia ini.
Kalau tadi dari segi teori pendidikan, sekarang bisa di kaitkan dengan teori pendidikan keluarga. Dimana sebenarnya keluarga memilki peran yang cukup penting disini. Keluarga diharapkan mampu memotivasi anak yang akan mengikuti ujian untuk selalu belajar, mengawasi mereka setiap belajar dan “mewanti wanti” mereka agar tidak membeli kunci jawaban. Karena dengan adanya dukungan dari keluarga dapat dipercaya mampu mendorong niat belajar anak. Dan selalu memotivasi mereka dengan mengatakan bahwa mereka mampu dan jangan gampang putus asa. Keluarga adalah orang yang bisa dikatakan paling di percaya oleh anak, jadi dengan memberikan terus dukungan dengan memotivasinya, kepercayadirian anak akan muncul dan dengan sendirinya mereka mau belajar dan mengandalkan diri mereka sendiri bukan mengandalkan kunci jawaban saat mereka menjalani UN tersebut.
kalau dalam teori bimbingan sekolah, mungkin lebih ke bagaimana sekolah mengusahakan anak mendapatkan materi pembelajaran yang baik, sehingga mereka siap dan mampu saat mengerjakan soal UN tersebut. Sekolah juga harus bisa selalu membimbing  siswa-siswa untuk selalu berusaha belajar sebaik-baiknya. Dan juga selalu memberikanmotivasi kepada siswa-siswanya. Salah satu hal yang bisa di lakukan sekolah yaitu membuat  semacam pelajaran tambahan di usai sekolah denganmateri materi yang akan di UN kan saja. Sehingga mereka lebih fokus belajarnya. Dan jangan lupa untuk selalu membina siswa-siswa untuk melakukan kejujuran nantinya, bukan malah kecurangan. Jangan bantu siswa untuk berbuat curang, tapi bantu siswa nya untuk belajar agar mereka semua sukses menjalani Un tersebut. 
Pembahasan jurnal mengenal homeschooling sebagai pendidikan alternatif


Homeschooling secara harfiah berarti sekolah rumah. Ini merupakan suatu upaya menciptakan terobosan baru di dunia pendidikan. Namun, sebenarnya, homeschooling sudah ada sejak zaman waktu penjajahan tapi namanya saja yang berbeda, waktu itu bukan disebut homeschooling namun disebut belajar otodidak. Dan sekarang homeschooling kembali marak di Indonesia sebagai bentuk yang baru dalam dunia pendidikan. Homeschooling adalah pendidikan formal, jadi pemerintah tidak ikut campur di dalamnya, hanya saja menetapkan standar nilai supaya dapat disetarakan dengan pendidikan formal apabila ingin melanjutan sekolahnya nanti.

Teori Psikologi Pendidikan
Self-esteem atau penghargaan diri merupakan pandangan keseluruhan seorang individu terhadap dirinya sendiri. Seorang anak tentu memiliki self-esteem ini, namun ada anak yang self-esteem nya tinggi dan ada yang rendah. Carl Rogers mengatakan bahwa kemungkinan sebab utama anak mempunyai self-esteem yang rendah karena mereka tidak diberikan dukungan emosional dan penerimaan sosial yang memadai.
Anak yang melalui pendidikan homeschooling jarang untuk bergaul dengan teman sebayanya. Dari penjelasan di atas, anak yang self-esteem nya rendah diri karena kurangnya dukungan emosional, hal ini mungkin memang terpenuhi dari keluarga dari si anak. Namun, dalam hal penerimaan sosial yang memadai, mungkin agak kurang. Sosialisasi merupakan hal yang penting untuk membuat si anak mempunyai self-esteem yang tinggi. Karena penilaian dari orang lain apalagi teman sebaya tentang diri anak itu untuk melihat bagaimana kita di mata orang lain, sehingga hal tersebut juga dapat membantu si anak bagaimana si anak memandang dirinya sendiri.

Teori pendidikan keluarga
Keluarga mempunyai kewajiban dalam mengawasi perkembangan  dan menyemangati anak untuk dapat mengembangkan kemampuan yang berdampak positif bagi anak. Anak yang mendapatkan pendidikan homeschooling ini, pastinya hanya sering beraktifitas dalam kesehariannya itu di dalam rumah saja. Jarang mempunyai waktu untuk bergaul di luar rumah bersama teman-teman sebayanya. Keluarga lah yang berperan penting dalam mengatasi masalah ini, karena anggota keluarga lah yang sering si anak jumpai. Orang tua punya kewajiban untuk memberikan kesempatan untuk bergaul atau mengadakan kesempatan tersebut untuk si anak. Mereka harus mampu membuat si anak tidak terhambat dalam hal sosialisasinya, karena sosialisasi merupakan hal yang penting untuk masa depan anak itu sendiri.

Teori bimbingan sekolah
Emotional intelligence tidak kalah penting dari IQ seseorang. Menurut Daniel Golman, Emotional Intelligence terdiri dari empat area:
  • ·         Developing emotional awareness seperti kemampuan untuk memisahkan perasaan dari tindakan
  • ·         Managing emotions seperti mampu untuk mengendalikan amarah
  • ·         Reading emotions seperti memahami perspektif orang lain
  • ·         Handling relationship seperti kemampuan untuk memecahkan problem hubungan
Tentu seorang anak harus dapat mempunyai hal-hal di atas dengan baik. Oleh karena itu, dalam kegiatan homeschooling hal tersebut memang dapat dipupuk dari awal, tergantung bagaimana bimbingan yang dia dapat dari gurunya.

Sumber:
http://diyahys-mutiaraumat.blogspot.com/2011/01/jurnal-mengenal-homeschooling-sebagai.html

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/salam/article/viewFile/456/463