Selasa, 18 Desember 2012

Tugas Ujian Akhir Semester


Berkaitan Dengan Perbandingan Penugasan Mata Kuliah Psikologi Belajar Dengan Mata Kuliah Lain Pada Semester Ini

 Psikologi merupakan salah satu fakultas di Universitas Sumatera Utara yang hampir pada setiap mata kuliah nya diterapkan sistem presentasi yang dibawakan oleh masing-masing mahasiswa secara individu atau secara kelompok secara bergantian pada setiap materinya. Belajar dengan presentasi ini sendiri sudah dimulai sejak semester pertama, hanya saja dari 9 mata kuliah hanya 2 mata kuliah yang melakukan presentasi. Namun, lewat dari semester pertama mulai lah pada hampir seluruh mata kuliah yang diambil wajib melakukan presentasi yang dibawakan oleh setiap mahasiswa, hanya tinggal menunggu giliran saja kelompok siapa yang akan maju untuk menyampaikan materi setiap minggunya. Tetapi walaupun sering melakukan presentasi, tetap saja selalu ada rasa gugup, takut salah, bahkan saya sendiri pun masih saja sesekali bergetar saat memegang microphone ketika tiba bagian presentasi saya. 

Banyak sekali metode belajar yang dapat digunakan oleh pengajar juga mahasiswa/pelajar. Seperti pada kondisi belajar yang dikemukakan oleh Robert Gagne, dimana Gagne berfokus pada pemrosesan informasi dengan tipe pemberian tugas belajar dan instruksi. Perubahan suatu perilaku/tindakan yang membuat kita dari tidak paham menjadi paham, dari salah menjadi benar, adanya perubahan perilaku yang dapat diamati, dimana biasanya didasarkan pada perbandingan kinerja sebelum dan sesudah pembelajaran, hal tersebut merupakan sebuah bukti terjadinya belajar.

Mata kuliah psikologi belajar merupakan salah satu dari mata kuliah pilihan yang saya ambil di semester ini, awalnya sempat ragu untuk mengambil atau tidak mata kuliah ini sehingga pada pertemuan pertama saya mencoba masuk ke kelas ini dengan teman-teman yang lain. Di awal pertemuan sudah mulai dijelaskan bagaimana sistem belajar pada mata kuliah psikologi belajar. Karena sebelumnya telah mengambil mata kuliah pendidikan lain dimana dosen pengampunya adalah Bu Dina sendiri yang menjadi dosen pengampu di mata kuliah psikologi belajar ini, jadi saya cukup paham bagaimana sistem belajar yang akan diterapkan pada mata kuliah psikologi belajar. Akhirnya di pertemuan pertama itu pun saya niatkan untuk lanjut mengambil mata kuliah ini, sebagai mata kuliah pilihan di semester ini.

Pada pertemuan berikutnya, mata kuliah psikologi belajar ini, dimulai dengan masing-masing orang diminta untuk membentuk kelompok menjadi 3 orang, kemudian masing-masing kelompok juga diberikan kesempatan untuk memilih materi mana yang akan dipelajari setiap minggunya. Setelah kita menentukan materinya, kemudian Bu Dina lah yang menentukan materi mana yang dipilih setiap minggunya berdasarkan pilihan terbanyak dari masing-masing kelompok. Pada tugasnya sendiri, setelah ditentukan materi apa yang terpilih untuk dipelajari setiap minggunya, kemudian barulah setiap minggu sebelum masuk ke kelas masing-masing kelompok sudah harus memposting dengan cara me-review materi yang akan akan di pelajari di hari itu. Tujuan dari memposting sebelum masuk ke kelas sendiri adalah agar mahasiswa terlebih dahulu membaca dan memahami maksud dari materi yang dipelajari tersebut. Kemudian pada saat di kelas barulah di diskusikan terkait dengan apa yang telah kita baca, apakah dapat kita pahami atau tidak. Namun tidak seluruh tugas yang diberikan dikerjakan secara kelompok, tetapi terdapat juga tugas memposting yang harus dikerjakan secara individu.

Setiap minggunya kelas psikologi belajar selalu dibuat menarik oleh Bu Dina, ada saja kegiatan-kegiatan baru yang harus kita kerjakan, kegiatan itu sendiri tidak terlepas dari materi perkuliahan hari itu. Seperti pada materi mengenai teori Skinner, saat itu kita diminta untuk duduk secara berjarak dengan teman di samping, kemudian masing-masing dari kita mendapatkan 3 lembar kertas yang berbeda. Dari ketiga lembar kertas tersebut Bu Dina memberikan instruksi, kertas tersebut dapat dibuat apa saja se-kreatif kita. Kemudian hasilnya akan dinilai oleh teman-teman lain, berdasarkan hasil voting terpilih lah siapa yang menjadi pemenang 1, 2 dan 3 teman-teman yang menang pun mendapatkan reward dari Bu Dina. Hal ini merupakan contoh dari pengaplikasian teori skinner di dalam kelas.

Terdapat juga materi lain yang diaplikasikan di dalam kelas, misalnya saja pada materi pemrosesan informasi, buat saya ini adalah hal yang begitu menarik, disini kita diminta untuk membentuk suatu kelompok yang terdiri dari 9 kelompok, masing-masing kelompok mengirimkan seorang perwakilan untuk menerima arahan yang diberikan oleh dosen. Mereka diminta untuk membaca sebuah cerita, kemudian menulisnya kembali dalam bentuk poin-poin. Selanjutnya informasi tadi disampaikan ke orang berikutnya dalam masing-masing kelompok dia. Orang ke1 menyampaikan ke orang ke2, orang ke2 menyampaikan ke orang ke3, begitu selanjutnya sampai orang terakhir. Pada orang terakhir kembali diminta untuk membuat poin-poin mengenai informasi yang ia terima lalu kemudian dicocokkan dengan poin-poin pada orang pertama, apakah informasinya tersampaikan dengan benar atau tidak. Ada kegiatan belajar ini dapat membuat kita lebih paham mengenai materinya, bahwa setiap orang memiliki skema yang berbeda dalam menerima dan menyampaikan informasi yang didapat.
Secara keseluruhan penilaian itu bergantung pada effort yang ditunjukkan dari masing-masing individu. Bagaimana respon individu terhadap informasi yang disampaikan, apakah individu merespon dengan baik dan memahaminya atau tidak. Kedisiplinan individu dalam mem-posting tugas di blog, penampilan dari blog masing-masing juga merupakan bagian dari penilaian. 

Sehingga, dari berbagai tugas yang diberikan pada mata kuliah psikologi belajar ini dapat dikatakan lebih ringan jika dibandingkan dengan pemberian tugas pada mata kuliah lain. Sejak awal saja, untuk pemilihan materi kita dapat memilih sendiri materinya setiap minggu, yang kemudian akan kita posting diblog masing-masing. Kita juga diminta untuk dapat membuat blog kita semenarik mungkin. Jika pada mata kuliah lain, hampir seluruh mata kuliah kita diminta untuk melakukan presentasi yang terkadang timbul rasa bosan karena hampir setiap minggunya pada berbagai mata kuliah melakukan presentasi dengan terlebih dahulu membuat makalah, dengan referensi dari textbook yang tidak sedikit dan harus selesai dalam waktu singkat, berbeda dengan mata kuliah psikologi belajar, mata kuliah ini tidak menuntut kita untuk melakukan presentasi dan membuat makalah. Tugas-tugas yang diberikan di mata kuliah ini lebih sering adalah mewajibkan kita selalu melakukan postingan di blog terkait dengan tugas mingguannya, ataupun tugas lain yang tak terduga. Pada tugas-tugas yang diberikan seperti memposting diblog, kita dituntut untuk bisa lebih mengembangkan kreativitas dan kemampuan kita masing-masing, dari informasi verbal yang telah kita terima.

Bahkan ketika ujian akhir, kalau biasanya pada mata kuliah lain kita harus datang dan duduk ujian di kelas mengerjakan soal yang diberikan, berbeda halnya dengan mata kuliah psikologi belajar. Pada mata kuliah psikologi belajar kita diberikan pilihan dalam menentukan seperti apa ujian UAS yang kita inginkan, apakah secara lisan satu persatu atau mengerjakan tugas yang kemudian di posting di blog masing-masing. Pemberian tugas dengan beberapa alternative pilihan tersebut sebenarnya merupakan suatu bentuk keringan serta kebebasan bagi kita untuk memilih apa yang menurut kita lebih mudah dan mampu untuk kita kerjakan. Secara keseluruhan itulah yang dapat saya jelaskan mengenai perbandingan penugasan mata kuliah psikologi belajar dengan mata kuliah lain 

Minggu, 09 Desember 2012

Laporan Hasil Observasi Di SMK Tritech Medan



Nama                                       : Aprilia Windysyafitri Nst (10-088)
Kelas yang diobservasi           : XI MM-3 Reguler
Mata Pelajaran dan Nama guru : Animasi 3D oleh Bapak Weddy
Waktu observasi                      : 11.45-12.15
Durasi observasi                      : 30 Menit
Jumlah Siswa dalam kelas       : 26 Siswa (9 Putri dan 17 Putra)
Media Pembelajaran Guru      : Laptop dan TV LCD
Media Pembelajaran Siswa     : Laptop, alat tulis
Situasi Fisik Kelas                  
Didalam kelas terdapat 2 buah AC yang tidak berfungsi, satu buah kipas angin besar yang menyala, satu buah layar LCD yang menempel didinding tepat diatas papan tulis (white board) yang tertempel didinding ditengah ruangan kelas, meja pengajar yang terdapat di depan kelas, sebuah lemari kaca kosong disudut ruang depan kelas yang hanya berisi vas bunga dan pembersih debu (bulu ayam). Tertempel juga semacam jadwal pelajaran di dinding depan kelas, dan sebuah jam dinding. Kelas juga diberi penerangan dua buah lampu menyala, dan satu tidak menyala. Suasana kelas cukup panas dikarenakan hanya satu kipas yang menyala, dan pintu ruang kelas tertutup rapat.
Alat Observasi                                    : Kertas dan Pulpen

Tabel Panduan Observasi yang digunakan, Tabel 5-3 yaitu Sembilan Tahapan Belajar
Sembilan fase belajar ini dikategorisasikan menjadi tiga tahapan umum, yaitu : Persiapan Belajar, Akuisisi dan Kinerja, dan Transfer Belajar.

Deskripsi
Tahapan
Situasi Belajar
Persiapan Belajar
1. Memerhatikan
Guru terlebih dahulu  memberikan arahan mengenai apa yang harus dikerjakan oleh masing-masing siswa yang dapat mengarahkan perhatian siswa dan menimbulkan rasa ingin tahu
2. Harapan
Para siswa dapat memahami tujuan dari pembelajaran yang mereka terima, misalnya seperti dalam mendesain sebuah ruangan
3. Pengambilan kembali informasi/ keterampilan untuk dibawa ke ingatan kerja
Informasi yang telah mereka terima sebelumnya dapat digunakan kembali untuk membantu mengerjakan suatu tugas yang saat ini sedang dikerjakan
Akuisisi dan Kinerja
4. Persepsi selektif terhadap ciri stimulus
Siswa memproses informasi yang telah disampaikan guru dengan mencoba sendiri membuat desain ruangan
5. Pengkodean semantic
Dalam mengerjakan tugas desain ruangan, guru mengingatkan kembali pd pelajaran yg lalu, sebagai langkah dalam mengerjakan tugas trsbt.
6. Pengambilan kembali dan respons



Siswa mengingat kembali, apa saja langkah-langkah, letak, dan berapa jumlah ruangan yang dibutuhkan dalam Mendesain ruangan.
7. Penguatan
Dengan memberikan respon yang baik terhadap pekerjaan siswa yang telah menyelesaikan tugasnya
Transfer Belajar
8. Pengambilan petunjuk
Petunjuk tambahan yang diterima dapat diaplikasikan dalam pengerjaan tugas siswa yang sedang berlangsung
9. Kemampuan generalisasi
Langkah-langkah baru yang disampaikan guru, dapat diterapkan pada pelajaran berikutnya


Tabel Analisis Observasi yang digunakan, Tabel 5.5 yaitu, Asumsi Tentang Desain Pembelajaran

Seorang pengajar pastilah telah terlebih dahulu merancang apa saja informasi-informasi mengenai pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswanya yang bertujuan agar siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran tersebut. Apakah dengan melakukan pengelompokan dalam pembelajarannya atau secara individual. Namun meskipun para siswa sering dikelompokkan untuk pembelajaran, belajar terjadi di dalam individual. Proses informasi yang diserap, disimpan, dan pengaplikasian nya pada masing-masing siswa tentunya berbeda. Misalnya saja dalam observasi kemarin, terdapat siswa yang telah selesai mengerjakan tugasnya dalam Mendesain ruangan, sedangkan teman-temannya yang lain masih sibuk mengerjakan tugas tersebut sambil sesekali bertanya pada teman disampingnya, atau bertanya langsung pada pengajar. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa kemampuan strategi kognitif setiap individu berbeda satu sama lain. Rancangan pembelajaran yang dibuat juga tidak boleh sembarangan atau sekedar memberikan lingkungan yang mengasuh, perencanaan yang sembarangan dapat melahirkan orang dewasa yang tidak kompeten. Rancangan pembelajaran yang dibuat haruslah sesuai dan berada pada pelajaran yang lebih luas, dimana siswa nantinya dapat menggunakan kembali informasi pembelajaran yang telah mereka terima ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan mereka. Dikatakan juga bahwa pembelajaran harus didesain menggunakan pendekatan system, pendekatan system ialah, pemilihan komponen yang terorganisasi yang :
a. Menggunakan data, informasi, dan prinsip teoritis sebagai masukan untuk setiap tahap perencanaan. Sehingga rancangan tersebut tidak sembarangan dibuat, namun berdasarkan berbagai hal yang telah dijadikan sebagai acuan  
b. Tes dan cek silang hasil dari setiap tahap perkembangan. Tahapan rancangan pembelajaran yang telah tersampaikan, dan diterima oleh siswa dapat diberikan tanda, untuk nantinya rancangan pembelajaran tersebut apakah dapat diterapkan kembali atau tidak kepada para siswa.
c. Membuat perubahan jika diperlukan, jika desain pembelajaran dianggap kurang baik untuk diterapkan pada siswa.
Desain pembelajaran yang dibuat juga harus didasarkan pada cara masing-masing individu belajar, jika sulit diterima oleh siswa ada baiknya merubah desain pembelajaran tersebut.

Rabu, 14 November 2012

Menganalisis Permasalahan dengan Teori Gagne, Piaget, dan Bandura


Ketidaksigapan mahasiswa dalam merespon suatu informasi menjadi seperti suatu yang telah terbiasa dalam beberapa hal. Kurang sigapnya mahasiswa juga kurang perhatiannya mahasiswa terhadap informasi yang disampaikan. Memunculkan pertanyaan “Mengapa mahasiswa Psikologi USU yang mengambil mata kuliah psikologi belajar TA 2012/2013 semester ganjil sebahagian besar tidak memberikan tanggapan di grup sehubungan dengan rencana melakukan observasi di lapangan?”
           
         Jika dihubungkan dengan teori belajar Robert Gagne, terdapat Kondisi Belajar Internal yang merupakan bagian dari kerangka belajar yang dikemukakan oleh Gagne, dimana ada dua tipe keadaan internal yang diperlukan untuk belajar, yaitu prasyarat esensial dan pendukung. Prasyarat pendukung adalah kemampuan yang memfasilitasi belajar dalam lima ragam belajar yang dikemukakan Gagne. Sikap percaya diri misalnya merupakan contoh yang relevan untuk semua ragam belajar, jadi bisa saja mahasiswa yang tidak merespon informasi yang telah ada, karena ketidak percayaan dirinya untuk menyampaikan suatu ide dalam menyelesaikan suatu masalah. Padahal suatu yang ide yang disampaikan itu dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menemukan solusi pada permasalahan tersebut.

Jika pada teori Jean Piaget, terdapat tahapan dalam perkembangan kognitif, yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret dan operasional formal. Masing-masing dari tahapan memiliki kemampuan yang harus dapat dicapai. Pada permasalahan yang ada dapat dikatakan mahasiswa memiliki tahap perkembangan kognitif operasional formal, yang mana seharusnya mahasiswa dapat menyelesaikan masalah yang ada dengan kognitifnya. Kemampuan kognitif seorang yang dewasa pastinya memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan dengan anak kecil.

Pada teori Albert Bandura, dimana terdapat karakteristik situasional yang mempengaruhi reaksi pengamat terhadap model adalah : a) atribut model, b) tingkat ketidakpastian tentang arah tindakan tertentu, c) tingkat penguatan yang ada dalam situasi. Mahasiswa atau kita cenderung memperhatikan orang lain sebagai atribut model yang dapat mempengaruhi suatu kejadian pada apa yang kita lakukan. Misalnya saja dalam kasus yang ada ketika ada teman yang tidak merespon informasi tersebut, kita jadinya juga cenderung tidak memberikan respon dikarenakan kita mengikuti orang lain. Ketidakpastian pada arah tindakan yang harus memberikan respon/ide yang seperti apa juga menjadi permasalahan yang membuat mahasiswa tidak membalas respon atas postingan tersebut.

Rabu, 31 Oktober 2012

Terlambat Untuk Absen


Pengalaman ini baru saja terjadi, dimana saya terlambat untuk melakukan absensi mata kuliah psikologi belajar. Absensi itu sendiri sebenarnya sudah dapat ditandatangani hari senin setelah kita menyelesaikan tugas yang diberikan, namun saya memutuskan untuk tanda tangan absen di hari rabu batas akhir absen. Tapi saya tidak tahu kalau ternyata ada batas waktu sampai pukul 9 pagi untuk menandatangani absen. Sehingga setelah saya tahu mengenai informasi tersebut, saya pun bergegas pergi ke kampus. Sesampainya di kampus jam 10 (benar-benar sudah telat) saya tidak melihat Ibu Dina didalam ruangannya, sehingga saya memutuskan untuk menunggu di luar selama 30 menit, sampai kemudian Putra masuk ke dalam ruangan Bu Dina, dan saya langsung menyadari bahwa Ibu Dina ada di dalam ruangannya, tidak kemana-mana. Akhirnya saya hanya bisa menertawai diri sendiri, dan kemudian masuk menemui Bu Dina. Diizinkan untuk melakukan absen, namun juga mendapatkan punishment.

 Dari pengalaman ini dapat dikaitkan dengan teori Skinner yaitu adanya reinforcement positif dan negatif yang diterima. Apa yang telah diberikan Ibu Dina ini merupakan negative reinforcement,  yang dapat mengakibatkan perilaku itu berkurang atau menghilang. Dan dari kesalahan yang saya buat saya mendapatkan punishment, dimana dengan Punishment yang diberikan, diharapkan dapat diperbaiki untuk tidak mengulang kesalahan yang serupa. Punishment yang diberikan ini juga membuat saya, agar bisa lebih disiplin dengan apa yang telah ditentukan dan tidak melanggarnya


    


Sabtu, 27 Oktober 2012

TUGAS MID SEMESTER


Anggota:
Aprilia Windysyafitri (10-088)

Perspektif Kognitif : Pemrosesan Informasi
            Informasi yang tersimpan dari strategi pemrosesan informasi dari sistem kognitif kita berinteraksi dengan informasi indrawi yang diterima dari lingkungan, memperhatikan secara selektif atas informasi yang masuk, mengaitkannya dengan memori, dan secara aktif memberikan makna untuk informasi tersebut (Wittrock, 1990).
Asumsi dasar dari pemrosesan informasi adalah; memori manusia aktif terlibat dalam konstruksi pengetahuan, dan pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pembelajar berperan penting dalam belajar. Memori manusia adalah sistem kompleks yang aktif mencari data indrawi, mengubah data menjadi informasi bermakna, dan menyimpan informasi itu dalam jangka panjang.
            Seperti yang sudah kita ketahui bahwa pemrosesan informasi dalam otak kita sangatlah tidak sederhana, melainkan beberapa proses yang dilewati tanpa kita sadari. Oleh karena itu kami menyarankan satu metode yang bisa diterapkan agar membantu mahasiswa dalam memudahkan mengingat mata kuliah serta materi yang dipelajari, mengingat psikologi menggunakan banyak text book disetiap mata kuliah. 
Strategi : Teknik mnemonic
           Metode ini digunakan untuk asosiasi arbitrer pada berbagai pelajaran yang berbeda-beda yang harus dipelajari. Metode ini berguna untuk menyampaikan makna dan struktur ketika istilah diorganisasikan secara  hierarki. Jadi metode ini berguna untuk memudahkan kita sebagai mahasiswa dalam mengingat materi dalam belajar, dan membantu menemukan info-info penting yang kita perlukan ketika sedang mencari sumber informasi baru.
            Ini merupakan salah satu metode pengajaran yang kami tawarkan untuk diterapkan dikelas. Mahasiswa akan diminta untuk membuat sebuah kartu yang terbuat dari karton atau kertas HVS berukuran 10x15 dimana akan dituliskan beberapa kode dan konsep dari masing-masing mata kuliah yang akan di pelajari. Di kartu itu juga akan dituliskan referensi buku dari materi tersebut. Penulisan materi di kartu tersebut bisa dalam bentuk teks atau singkatan-singkatan dari apa yang dihapalkan ketika sedang belajar.  

Berikut adalah tujuan dari metode pengajaran ini:
·         Memudahkan mahasiswa dalam mengingat pelajaran dengan bantuan menulis di kertas tersebut.
·         Memudahkan mahasiswa dalam mencari informasi mengenai suatu materi melalui sumber-sumber buku yang sudah dituliskan dalam kertas tersebut
·         Membantu mahasiswa dalam menghapal konsep dari setiap mata kuliah
·         Membantu mahasiswa ketika sedang menjalankan skripsi, dimana kertas ini bisa membantu dalam menemukan info mengenai referensi buku yang diperlukan.
·         Bisa juga membantu mempermudah ketika akan menjalani ujian semester, misalnya digunakan sebagai bacaan agar lebih mudah menghapal.
·         Serta membiasakan mahasiswa untuk selalu membuat konsep mengenai materi-materi yang akan dipelajari
Metode ini sangat cocok digunakan disetiap mata kuliah, dan bisa digunakan ditingkatan mana saja. Bahkan teknik ini sangat efektif bila diterapkan mulai dari anak SMP untuk membiasakan mereka membaca buku sebelum pelajaran dimulai dan membiasakan mereka dalam membuat konsep-konsep mengenai materi yang akan dipelajari.
Berikut adalah Isi dari kartu:
·         Menyimpulkan dengan kata-kata sendiri mengenai suatu konsep atau definisi
·         Membuat judul buku referensi dari kesimpulan yang telah kita buat serta tanggal kapan siswa membacanya
·         Mengaitkan materi dengan pengetahuan sebelumnya
·         Mengajari menemukan info penting dalam teks
·         Membuat singkatan-singkatan dari hapalan
Alat yang dipakai:
·         Kartu yang terbuat dari kertas karton yang kemudian dipotong-potong menjadi berukuran 10x15 cm
·         Dan di sebelah kanan atas di lubangi agar bisa di kaitkan dengan kertas lainnya
·         Tiap siswa diberikan 3 lembar kertas yang telah dipotong

Selasa, 23 Oktober 2012

Resume Jurnal Perspektif Kognitif: Pemrosesan Informasi


Judul: Prinsip-Prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality dan Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Penulis: Fatimah Saguni

Perkembangan pesat teknologi informasi dapat menjadi tantangan yang memberi kesempatan bagi dunia pendidikan dan para pendidik khususnya agar dapat bekerja maksimal. Penggunaan teknologi informasi ini akan bermanfaat bagi anak didik karena teknologi informasi ini memperhatikan perbedaan karakteristik, minat dan bakat peserta didik. 
Pembelajaran melalui komputer merupakan suatu usaha yang sistematik dan terencana sehingga dapat mengatasi kelemahan-kelemahan pada pembelajaran kelompok.
Multimedia memberikan kesempatan untuk belajar tidak hanya dari satu sumber belajar seperti guru, tetapi memberikan subjek mengembangkan kognitif dengan lebih baik, kreatif dan inovatif.
Hasil penelitian Mayer dan Anderson (1991) tentang animasi dan narasi menunjukkan bahwa kelompok narasi bersama animasi berkinerja lebih tinggi daripada kelompok narasi sebelum animasi. Penelitian selanjutnya tentang animasi dan teks dilakukan oleh Mayer dan Anderson (1992) tentang instruksi animasi dalam pengajaran yang dapat membantu siswa membangun hubungan antara kata dengan gambar dalam pembelajaran multimedia, dimana hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan penjelasan narasi bersamaan animasi mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada siswa yang diberikan narasi atau aminasi saja.

 Memori dan Hasil Belajar 
Masalah belajar tidak terlepas dari masalah memori. Memori dan konsep belajar saling berkaitan erat karena menghasilkan keluaran yang berupa hasil belajar. Hasil belajar tersimpan dan dipelihara dalam memori agar kelak dapat digunakan kembali (Hulse, dkk., 1975). Pada dasarnya memori mencakup proses encoding (penyandian), storage (penyimpanan), dan retrieval (memanggil kembali) (Ellis, 1978). Jadi memori berkaitan dengan penerimaan informasi, penyimpanan informasi, sampai pemanggilan kembali informasi yang disimpan.
Atkinson dan Shiffrin membagi memori menjadi 3 tempat penyimpanan, yaitu sensory memory (memori sensori), short term memory (memori jangka pendek), dan long term memory (memori jangka panjang).
Ketiga macam memori tersebut saling berkaitan erat, informasi tertentu diteruskan kedalam memori jangka pendek (STM) dan sebagian informasi akan hilang, melalui seleksi informasi diteruskan kedalam memori jangka panjang dan yang tidak diteruskan akan dilupakan (Irwanto, dkk., 1994). Informasi yang disimpan dalam memori (LTM) dapat berpindah kembali ke (STM) dan kelupaan dapat terjadi disetiap tahap model memori tersebut. Kapasitas untuk mengingat stimulus yang masuk secara visual, seperti gambar-gambar dikenal sebagai photographic memory atau eidetic imagery. Kelupaan yang terjadi di STM berhubungan erat dengan faktor storage dan retrieval.
Mc Geoch (dalam Irwanto, dkk., 1994) mengajukan ”teori interferensi” yang memandang bahwa jejak-jejak memori saling berkompetensi antara yang satu dengan yang lain. Interferensi tidak terjadi bila informasi yang diterima berupa informasi yang bermakna bukan berupa sekumpulan informasi yang tidak bermakna. Informasi yang disimpan dalam memori jangka panjang bersifat permanen, tetapi bukan berarti bahwa kelupaan tidak pernah terjadi. Kelupaan dapat diminimalkan dengan cara menggunakan mnemonic, yaitu strategi mengorganisasikan informasi secara visual atau verbal (Solso, 1998). Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari dapat dilakukan dengan pengulangan materi yang dipelajari berulang kali, penggunaan tabel, diagram, dan gambar-gambar dapat pula membantu agar materi tidak cepat terlupakan.
Lupa merupakan suatu gejala apabila informasi yang telah disimpan tidak ditemukan kembali untuk digunakan (Irwanto, dkk.,1994) atau ketidakmampuan untuk me-recall informasi yang telah ada. Lupa dapat terjadi pada setiap tahap pemrosesan informasi dalam memori, baik dalam memori sensoris, memori jangka pendek, maupun dalam memori jangka panjang. Kelupaan dalam memori sensoris dapat terjadi beberapa detik setelah informasi diterima, dalam memori jangka pendek kelupaan bisa terjadi setelah 30 detik, dalam memori jangka panjang kelupaan dapat terjadi beberapa jam, beberapa hari atau beberapa minggu kemudian.

Working Memory 
Memiliki sistem tersendiri untuk mengolah informasi visual dan informasi audio. Sehingga ada memori visual dan memori audio dalam sistem kognitif individu. Teori kognitif tentang working memory menyatakan bahwa berdasarkan prinsip modality, terutama dalam proses belajar dengan menggunakan multimedia, kata-kata yang digunakan perlu disajikan dalam bentuk narasi audio bukan secara visual berupa teks pada layar. Alasannya, dalam proses memori jangka pendek, presentasi bersifat audio lebih mudah diingat daripada presentasi visual. Hal ini juga harus didukung dengan contiguity dalam proses belajar yang menggunakan multimedia sebagai media instruksi, dimana kata dan gambar harus tersaji hampir bersamaan. Artinya tidak ada selisih waktu yang lama antara kata dan gambar. Selain itu, kata dan gambar tidak dalam tempat terpisah sehingga penyajian kata dan gambar ini bersifat contiguous, artinya terjadi secara serempak (Mayer dan Moreno, 1998).
             Teori pengkodean ganda (dual coding) berasumsi bahwa manusia memiliki dua sistem pengolahan informasi yang berlainan: satu mewakili informasi verbal dan yang lain mewakili informasi visual (Solso, 1998). Paivio menguraikan tentang separated dual-code dan integrated dual-code. Separated dual-code menunjukkan perbedaan yang jelas pada model penerimaan atau penyimpanan informasi dalam memori berdasarkan informasi yang diberikan, dalam hal ini informasi visual dan informasi verbal. Informasi yang diberikan dalam bentuk kata-kata akan diterima dalam bentuk verbal, sedangkan informasi yang diterima dalam bentuk gambar akan diterima atau disimpan dalam bentuk visual. Integrated dual-code informasi visual dan informasi verbal dapat diterima dalam memori sama dengan hubungan antar informasi verbal dan informasi visual.
3 proses yang berlangsung saat seseorang menerima 2 bentuk informasi (verbal dan visual), dalam waktu yang sama, yaitu:
1. Membuat gambaran verbal serta kesesuaian dengan informasi verbal yang diterima
2. Membuat gambaran visual serta kesesuaian dengan informasi visual yang diterima
3. Membuat kesesuaian hubungan antara gambaran visual dengan gambaran verbal yang sudah diterima.

 Kesimpulan :
           Perkembangan pesat pada teknologi informasi saat ini memberikan cukup manfaat bagi dunia pendidikan. Pemelajar juga dapat mengembangkan bakat mereka serta dapat juga menjadi kreatif. Pembelajaran tidak terlepas dari memori. Dikatakan bahwa proses memori dimulai dengan encoding , storage, dan retrieval. Dimulai dengan penerimaan informasi, penyimpanan informasi, sampai kepada me-recall informasi yang disimpan. Suatu proses belajar akademik sebagian besar terjadi pada aspek kognitif, apa yang kita lihat, perhatian akan tersimpan didalam memori kita, yang kemudian akan diproses apakah informasi tersebut akan hilang atau tetap tersimpan. Pemrosesan informasi yang terjadi membutuhkan perhatian yang selektif terhadap kejadian, objek, simbol, dan stimuli lain agar informasi bisa dipelajari.


Rabu, 10 Oktober 2012

Kesimpulan Perkuliahan Hari Ini



Pada pertemuan kelas psikologi belajar kali ini Ibu Dina sebagai pengampu mengatakan bahwa kali ini kita tidak akan ada diskusi. Namun kita diminta untuk dapat mengaplikasikan teori tersebut di dalam kelas. Beliau meminta kami untuk duduk berjarak, sesaat kami pun mengira segera akan diadakan Quiz, namun syukurnya tidak. Beliau memberikan masing-masing dari kami tiga lembar kertas berbeda, yaitu 1 lembar HVS, 1 lembar berupa sertifikat, dan potongan kecil kertas karton. Lalu beliau memberikan kami instruksi dari tiga stimulus yang telah ada kami harus dapat menghasilkan suatu produk baru tidak dibatasi harus membuat apa, buatlah dengan se kreatif mungkin dalam waktu 30 menit yang telah ditetapkan, dimana terdapat dua kelompok yang masing-masing kelompok akan dipilih beberapa yang dapat menghasilkan sesuatu yang kreatif.

Hasil dari tiga kertas yang diberikan




 Evaluasi Pembelajaran :
  
    Awalnya saya tidak mengerti dengan arahan yang diberikan, harus diapakan ketiga kertas tersebut. Melihat ke kanan dan kiri, membolak balik buku tetap saja masih belum tahu harus membuat apa. Setelah selesai membuatnya, kami kembali diberikan selembar kertas dengan diminta untuk mendeskripsikan mengenai produk yang telah kami buat, kemudian produk itu dinilai oleh teman-teman lainnya dengan memberikan skor awal mengenai penjelasannya dan skor kedua dengan melihat produk yang dihasilkan. Setelah semua telah menilai akhirnya dapatlah 6 terbaik dari dua kelompok A dan B.
      Jika dikaitkan dengan teori Skinner apa yang telah kami lakukan adalah suatu proses belajar. Terdapat tiga karakteristik individu yang dapat mempengaruhi stimuli mana yang berfungsi sebagai penguat satu diantaranya adalah keterampilan individu, ketika dia memiliki keterampilan yang baik akan menjadikan itu sebagai penguat untuk mencapai apa yang diinginkan. Saat terdapat penguatan positif, akan merespon untuk memproduksi stimulus baru. Ketika akhirnya terpilih enam terbaik dari dua kelompok yang ada kemudian mendapatkan reward, hal tersebut dapat memberikan motivasi kepada yang lainnya untuk bisa lebih kreatif dan lebih baik lagi.

Selasa, 09 Oktober 2012

Analisa Pengalaman Pribadi berdasarkan Teori Skinner


Pengalaman :
  • Setiap pagi ketika akan berangkat kuliah saya sering sekali meninggalkan kamar dalam keadaan kotor. Pakaian kotor yang tergeletak sembarangan di lantai kamar, gorden jendela yang tidak di buka, buku yang berserakan, tempat tidur yang tidak dirapikan dan berbagai hal lainnya. Sehingga ketika mama melihat kamar saya yang berantakan dia pasti akan langsung teriak dan marah mengatakan “kamar gadis kok kayak gini, nanti kalau ada orang yang masuk apa ga malu, bersihin kamar kan cuma sebentar”. Merepet panjang tidak berhenti-henti bahkan saat di mobil dalam perjalanan ke kampus mama tetap saja masih merepet mengingatkan untuk selalu membersihkan kamar setelah bangun pagi sebelum berangkat kuliah. Karena terlalu seringnya mama marah seperti itu, saya pun berusaha untuk selalu membereskan kamar sebelum pergi dan hasilnya saya juga tidak lagi dimarahi oleh mama.

  • Saya selalu diingatkan oleh mama untuk menjaga kesehatan tubuh agar tidak jatuh sakit dengan mengkonsumsi vitamin dan selalu minum susu setiap pagi sebelum pergi kuliah. Namun jangankan vitamin, susu yang dibuat pun terkadang tidak saya minum. Sampai pada saat beberapa waktu lalu saya mengalami demam dan saya pun mulai berpikir kalau saya telah salah karena terlalu menghiraukan perhatian orang tua saya. Karena saat itu saya berharap untuk sembuh dan tidak mau sakit lagi sehingga setiap pagi saya pasti akan meminum susu yang telah dibuat bahkan orang tua saya sendiri pun jadi bersemangat kembali setelah bangun sebelum mandi dia sudah menyuruh saya untuk minum susu.

Pembahasan :

Berdasarkan teori belajar Skinner dikatakan bahwa belajar dapat dilakukan oleh hasil dari penguatan yang ada, yaitu : Penguatan positif dan Penguatan negative. Pengutan positif ialah, penguatan yang diberikan untuk menguatkan suatu perilaku yang diharapkan, sedangkan penguatan negatif, ialah penguatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi/ menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan.
Jika dikaitkan dengan pengalaman yang saya alami terdapat penguatan positif ketika saya ingin sehat dan tidak ingin jatuh sakit lagi adalah dengan tidak begitu saja menghiraukan apa yang dikatakan orang tua yaitu dengan mengkonsumsi vitamin dan susu yang diberikan oleh orang tua saya. Dan terdapat penguatan negatif ketika saya tidak ingin ditegur/dimarahi oleh mama saya yang berkepanjangan saya harus membersihkan kamar saya sebelum saya pergi kuliah.

Senin, 08 Oktober 2012

Analisa Film "Kinky Boots"

Nadya Putri Delwis (10-024)
Melva Safira (10-036)
Qurratu Aini Risa (10-067)
Aprilia Windy S (10-088)


Film Kinky Boots ini menceritakan mengenai suatu pabrik sepatu yang sudah ada dari generasi ke generasi tiba-tiba harus dihadapi dengan kebangkrutan yang sudah di depan mata ketika pemiliki pabrik tersebut meninggal dunia. Pemilik pabrik ini memiliki seorang anak bernama Charlie yang tidak begitu memiliki keinginan untuk meneruskan usaha pabrik sepatu ayahnya tersebut, pada awalnya. Dikarenakan pabrik tersebut terus mengalami kemunduran, Charlie terpaksa memecat 15 karyawannya. Pengalaman tersebut sangatlah membuat dia menjadi merasa tidak enak dan tidak nyaman. Namun saat proses pemecatan, ada seorang karyawan perempuan berkata untuk mencari pasaran tertentu dan mengubah sepatu yang mereka produksi selama ini. Charlie waktu itu tidak terlalu mengindahkannya. Namun suatu kejadian membawa dia ke dunia waria yang glamour. Dia bertemu dengan Lola, sang ratu banci. Tentu saja Lola memakai gaun, make up dan pastinya stiletto yang biasa dipakai wanita. Charlie kemudian mendapatkan inspirasi untuk membuat sepatu untuk para waria, karena sepatu untuk wanita tentu saja tidak cocok untuk menopang berat badan pria, sehingga cepat rusak. 
Pada akhirnya dia bekerja sama dengan Lola dan karyawan lainnya untuk membuat sepatu khusus waria yang bisa menopang berat badan seorang pria dengan menggunakan bahan besi sebagai hak dari sepatu yang mereka buat. Namun tetap di desain menjadi hak yang tipis dan tinggi. Berbagai tantangan dan proses yang melelahkan fisik dan mental terjadi untuk menghasilkan sepatu yang sesuai. Semua yang dilakukan oleh Charlie ini karena dia ingin menyelamatkan pabrik sepatu tersebut dan khususnya karena dia tidak menyukai untuk memecat karyawan. Sehingga dia rela untuk bekerja keras agar bisa menyelamatkan pabrik tersebut.

Analisis:
Charlie pada awalnya tidak bisa melihat pemecahan masalah atau solusi yang harus dia kerjakan untuk dapat menyelematkan pabrik sepatu keluarganya. Hingga satu karyawan yang berkata pedas mengatakan bahwa pabrik tersebut hendaknya memproduksi sepatu untuk pasaran tertentu. Dan tanpa sengaja bertemu Lola sang waria. Dan memutuskan untuk membuat sepatu untuk kaum mereka.
Di dalam teori Gestalt terdapat asumsi dasar perspektif Gestalt yang mengatakan bahwa "Individu memahami aspek dari lingkungan sebagai organisasi stimuli dan merespon berdasarkan persepsi”. Jadi menurut teori Gestalt, belajar berkaitan dengan persepsi kita terhadap sesuatu. Ketika Charlie melihat Lola kesulitan memakai sepatunya(stimuli), Charlie berpersepsi bahwa sepatu yang dipakai oleh Lola tidak cocok untuk kaki laki-laki seperti Lola. Dan tidak kuat  untuk menahan berat badan Lola karena sepatu yang dipakainya memang dirancang untuk wanita, bukan pria yang berbobot besar dan berotot seperti Lola. 

Kemudian sesuai dengan teori stimulus respon yang dikemukakan Thorndike, suatu stimulus, respon dan situasi bisa saling kuat koneksinya jika berada pada saat yang tepat. Ketika Charlie melihat masalah pada sepatu yang dipakai Lola, dia kemudian mendapatkan inspirasi untuk membuat sepatu yang cocok digunakan Lola dan kaum waria lainnya, itulah respon yang dia berikan dan semakin diperkuat oleh situasi pabrik ayahnya yang mengalami kebangkrutan, maka semakin kuatlah respon yang ditimbulkannya tersebut.

Selasa, 02 Oktober 2012

Teori-Teori Awal Belajar

Anggota Kelompok:

Behaviorisme, pengkondisian klasik, koneksionisme dan teori Gestalt, itu semua merupakan teori-teori yang termasuk teori belajar awal. Teori terseut merupakan kontribusi dari keinginan para ahli untuk menjadikan ilmu psikologi menjdi sebuah ilmu yang bisa disetarakan degan ilmu sains yang sudah ada.
1.      Pengkondisian klasik dari Ivan Pavlov
Pavlov melakukan eksperimen pertama di laboratoriumnya, yang mengamati respon yang tidak dikondisikan pada anjing terhadap stimulus makanan. Yang menghasilkan sebuah kesimpulan suatu reaksi dapat dikondisikan dengan memasangkannya dengan stimulus lain yang diinginkan. Dengan pemasangan berulang-ulang kali, maka respon yang diinginkan dapat timbul. Namun, setelah berulang kali tanpa adanya pemasangan stimulus 1 dan 2, maka dapat terjadi extinction atau pelenyapan respon. Hasil tersebut merupakan penemuan yang penting untuk teori belajar.

2.      Behaviorisme dari Watson
Watson percaya bahwa suatu respon itu melibatkan tiga reaksi dasar yaitu cinta, marah dan takut terhadap situasi yang berbeda-beda. Situasi sangat penting dalam pemilihan pemunculan respon pada individu. Oleh karena itu, di dalam ruangan kelas haruslah dibuat senyaman mungkin untuk dapat mencapai kemaksimalan ketika belajar.

3.      Koneksionisme dari Edward Thorndike
Dalam penciptaan suatu reaksi, koneksi antara stimulus dan respon yang tepat serta situasi pada saat itu sangat berperan penting. Hukum efek yang dapat menjelaskan proses tersebut yaitu (a) Jika suatu stimulus dan respon yang tepat berada pada situasi yang menyenangkan atau mendukung maka akan memperkuat koneksi antara stimulus dan respon tersebut (b) Latihan akan dapat meningkatkan peluang respons yang benar jika dalam keadaan yang menyenangkan (c) pelaksanaan tindakan dalam merespons impuls yang kuat adalah memuaskan dan memaksakannya adalah menjengkelkan.

4.      Teori Gestalt
Persepi seorang individu terhadap lingkungan geografisnya merupakan focus penting teori ini. Asumsi dasarnya, prilaku yang harus dipelajari itu adalah prilaku molar bukan molecular. Wawasan merupakan kontribusi penting dari teori Gestalt. Wawasan itu berupa organisasi yang berisi langkah-langkah dan alat-alat yang dapat membantu pemecahan masalah.
Dapat kita lihat, bahwa perkembangan teori untuk belajar ini semakin dalam dan kompleks pemahamannya. 

      Perbandingan antara Behaviorisme dan Teori Gestalt
Berdasarkan aplikasi pendidikan, psikologi behaviorisme mendefenisikan belajar sebagai perubahan perilaku dan mengindentifikasi stimulus dan respon spesifik sebagai fokus riset, sedangkan Gestalt berpendapat bahwa seseorang yang merespon stimulus yang terorganisasi dan persepsi perorangan merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah. Dalam asumsi dasar, behaviorisme memandang perilaku harus dapat diamati, serta belajar merupakan perubahan serta hubungan antara stimulus dgn respon harus dipelajari sedangkan pada pskilogi Gestalt memiliki asumsi bahwa individu bereaksi pada sebuah kesatuan. Kesatuan tersebut memiliki properti baru yang berbeda dari apa yang ada pada elemen tersebut.